17:17 by Sheva Thalia
My rating: 3 of 5 stars
Ini adalah tulisan dari Sheva yang pertama kali aku baca. Awalnya aku menyangka cerita ini adalah tentang keajaiban waktu yang sama, ada juga yang bilang cerita ini sekilas mirip Just One Day punya Gayle Forman yang masih mejeng di daftar buku yang harus aku beli :D
Cerita ini bermula dari Raka dan Sara yang tidak sengaja bertemu di sebuah undangan interview pekerjaan di pusat Jakarta, Sara yang lulusan baru merasakan nggak enaknya psikotes yang selalu ada di setiap wawancara kerja. Sementara Raka yang sudah pernah bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya hanya berharap bahwa ia segera terbebas dari jabatan pengangguran.
Lalu perjalanan mereka pun dimulai; Sara memutuskan untuk tidak mengikuti psikotes dan kemudian disusul oleh Raka. Mereka akhirnya berbincang mengenai berbagai hal, dimulai dari bermain detektif yang menebak satu sama lain hingga bermain shuffle lagu di ponsel masing-masing yang berakhir pada larut malam. (itu Sara enggak takut naik KRL tengah malem yak?)
Menurutku, Sheva menuliskan ceritanya dengan sederhana, banyak kata-kata yang bisa dijadikan cerminan hidup kita sehari-hari; cerita para pencari kerja di ibukota, menghabiskan waktu makan McD, kehujanan, terjebak macet, kedinginan, kemudian berlanjut makan KFC dan akhirnya nongkrong di Starbucks yang berada di stasiun.
Sudut pandang cerita ini pun dibuat dua; menurut Raka dan Sara, Raka dengan pesimisnya dan Sara dengan sifat optimis. Btw, mereka punya kenangan dengan keluarga mereka dulu; Raka yang ditinggal ayahnya pergi begitu saja ahingga sang ibu depresi dan tinggal di Solo dengan nenek mereka hingga Sara yang kehilangan ayahnya yang sakit dan sang paman yang meninggal begitu saja saat mengajar sebagai dosen.
Percayakah kalian dengan dunia pararel? yang mungkin ada beberapa 'kita' di waktu yang sama namun di belahan dunia yang berbeda. Disini dibahas sekilas sih sama Raka, dia juga berharap jika memang ada dia di belahan dunia lain, dia ingin bahwa 'Raka' yang lain akan mempunyai tujuan hidup yang jelas, yang punya target dan bisa mencapai semua yang dia mau.
"Jakarta itu kayak lukisan abstrak menurut gue. Tidak semua orang bisa memahami dia. Tapi, ada orang yang tetap datang ke Jakarta, karena mungkin kota ini punya keindahan sendiri."
I love this story, mungkin memang di beberapa part aku sempet berhenti baca karena banyak kejadian yang diceritakan ulang di kedua POV, tapi akhirnya setelah selesai aku tersenyum dan menilai kalau buku ini layak dibaca buat yang suka bacaan santai kek di pantai.
I gave 3 stars for this book!
xoxo
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
Ini adalah tulisan dari Sheva yang pertama kali aku baca. Awalnya aku menyangka cerita ini adalah tentang keajaiban waktu yang sama, ada juga yang bilang cerita ini sekilas mirip Just One Day punya Gayle Forman yang masih mejeng di daftar buku yang harus aku beli :D
Cerita ini bermula dari Raka dan Sara yang tidak sengaja bertemu di sebuah undangan interview pekerjaan di pusat Jakarta, Sara yang lulusan baru merasakan nggak enaknya psikotes yang selalu ada di setiap wawancara kerja. Sementara Raka yang sudah pernah bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya hanya berharap bahwa ia segera terbebas dari jabatan pengangguran.
Lalu perjalanan mereka pun dimulai; Sara memutuskan untuk tidak mengikuti psikotes dan kemudian disusul oleh Raka. Mereka akhirnya berbincang mengenai berbagai hal, dimulai dari bermain detektif yang menebak satu sama lain hingga bermain shuffle lagu di ponsel masing-masing yang berakhir pada larut malam. (itu Sara enggak takut naik KRL tengah malem yak?)
Menurutku, Sheva menuliskan ceritanya dengan sederhana, banyak kata-kata yang bisa dijadikan cerminan hidup kita sehari-hari; cerita para pencari kerja di ibukota, menghabiskan waktu makan McD, kehujanan, terjebak macet, kedinginan, kemudian berlanjut makan KFC dan akhirnya nongkrong di Starbucks yang berada di stasiun.
Sudut pandang cerita ini pun dibuat dua; menurut Raka dan Sara, Raka dengan pesimisnya dan Sara dengan sifat optimis. Btw, mereka punya kenangan dengan keluarga mereka dulu; Raka yang ditinggal ayahnya pergi begitu saja ahingga sang ibu depresi dan tinggal di Solo dengan nenek mereka hingga Sara yang kehilangan ayahnya yang sakit dan sang paman yang meninggal begitu saja saat mengajar sebagai dosen.
Percayakah kalian dengan dunia pararel? yang mungkin ada beberapa 'kita' di waktu yang sama namun di belahan dunia yang berbeda. Disini dibahas sekilas sih sama Raka, dia juga berharap jika memang ada dia di belahan dunia lain, dia ingin bahwa 'Raka' yang lain akan mempunyai tujuan hidup yang jelas, yang punya target dan bisa mencapai semua yang dia mau.
"Jakarta itu kayak lukisan abstrak menurut gue. Tidak semua orang bisa memahami dia. Tapi, ada orang yang tetap datang ke Jakarta, karena mungkin kota ini punya keindahan sendiri."
I love this story, mungkin memang di beberapa part aku sempet berhenti baca karena banyak kejadian yang diceritakan ulang di kedua POV, tapi akhirnya setelah selesai aku tersenyum dan menilai kalau buku ini layak dibaca buat yang suka bacaan santai kek di pantai.
I gave 3 stars for this book!
xoxo
View all my reviews
Comments
Post a Comment