Skip to main content

Liefdesgeschiedenis - Home Sweet Home (5)


Rumah adalah tempat kamu berkeluh kesah,Tempatmu menumpahkan semua rasa,Tempatmu berbagi cerita.

Aku baru saja turun dari gerbong kereta api ketika mendengar ponselku berbunyi. Segera saja aku menerima panggilan itu “Ya yah? Ini Andian baru turun dari kereta, Andian tunggu di depan stasiun ya?”. “oke, waalaikumsallam.” ujarku kemudian menutup panggilan dan memasukkan kembali ponselku ke tas.

Malang tidak banyak berubah; selain udaranya yang masih dingin, disini tetap menjadi tempat ternyaman, tempat untuk pulang. Orang-orang datang dan pergi dari tempat ini. Akhirnya aku berjalan melewati mereka untuk menuju depan stasiun, menunggu ayah yang baru akan sampai dalam beberapa menit lagi.

Sampai di depan stasiun, aku kembali mengecek ponselku, melihat adakah tanda kehidupan di dalamnya, mengingat sudah beberapa waktu ponselku hampir saja tidak menujukkan kehidupannya.

Jomlo itu nggak enak, ponsel serasa es batu, dingin. Belum lagi malam minggu yang rasanya pengen hujan terus biar nggak sendirian di kos-an.

Aku tersenyum saat menemukan satu chat dari Kak Andra, orang yang bertemu denganku di kedai cokelat saat aku ingin sendiri. Andra adalah seniorku saat kami sama-sama kuliah kedokteran di Jakarta.


Andra Wistara
Have a great holiday!


Aku membalas pesannya, mengucapkan terima kasih.


Andra Wistara
Sudah sampai Malang?



Andian Paramita
Sudah, sedang menunggu jemputan kak.



Andra Wistara
Aku bukan kakak seniormu lagi, bisa menghentikan panggilan KAK itu?



Andian Paramita
Haha, udah terbiasa kak.



Andra Wistara
Gimana kalau gantinya panggil sayang aja?



Andian Paramita
Konyolnya tambah parah ya kak? Astaga -_-



Andra Wistara
Kadang, hidup itu perlu ditertawakan An.



Andian Paramita
Hahaha, sebentar kak, sudah dijemput. Pulang dulu ya?



Andra Wistara
Hati-hati dik.



Aku tak membalas pesan kak Andra yang terakhir karena mobil ayah yang perlahan mendekati tempatku duduk. Kemudian pintu kemudi yang menampakkan sosok pria paruh baya yang paling aku sayangi. Segera aku memeluk dan menyalami beliau.

“Nungu lama ya?”

Aku menggeleng “Nggak kok yah.”

“Mama nggak bisa ikut, soalnya keponakanmu pada rewel sama eyang putrinya.”

Aku mengangguk paham, mempunyai cucu yang super manja bukanlah pekerjaan gampang, mungkin karena istri kakak lelakiku yang terlalu memanjakan anak mereka.

“Kamu kebanyakan kerja jadi nggak makan ya, kurus banget.” kata ayah saat kami mulai menuju rumah.

“Nggak lah yah.”

“Diet?”

“Nggak, Andian nggak suka diet yah.”

“Kamu kalau kerja ya nggak usah diforsir gitu, gimana ceritanya dokter sampai sakit.”

“Iya yah, tenang aja.”

“Pram kemana?” tanya ayah kemudian.

“Andian udah putus sama Pram yah.”

“Putus? Kok bisa?”

“Ya bisalah yah, namanya juga belum jodoh.”

“Tapi dia ndak nyakitin kamu toh?”

Aku menggeleng “Nggak kok, semuanya berakhir baik.” Aku mencoba berbohong.

Ayah mengangguk-angguk “Padahal ayah kira kamu sama Pram bakalan nikah, kalian udah lama juga pacaran. Ya begitu itu kalau kelamaan, nggak jadi nikah.” ujarnya. “Mau sama anak temen ayah itu? Dia kan arsitek sama kaya Pram?”

Aku hanya menggeleng “Nanti kalau jodoh juga ada jalannya yah.”

“Inget umur kamu itu nduk, bentar lagi 30, masa nggak mau nikah?”

Aku hanya tersenyum, hingga akhirnya kami sampai di rumah orang tuaku. Aku mengambil tasku lalu langsung menghambur ke pelukan mama.

“Makanya kalau bisa itu dua bulan sekali pulang, ini udah hampir setengah tahun kamu ndak pulang toh nduk?”

Aku tertawa ringan hingga telingaku panas karena dijewer kakak lelakiku. “Ih sakit.”

“Umur aja udah tua, tapi kelakuan tetep kaya anak kecil, kalah sama pasien-pasienmu.”

“Apasih mas.”

“Nggak kangen sama masnya ini?”

“Nggak!” ujarku lalu berlari masuk ke dalam rumah, menghindari mas Adrian yang mengejarku. “Hai kakak ipar!”

“Hai An, akhirnya kamu pulang juga, masmu udah kangen berat tuh.”

“Biarin, dia aja jarang banget nelpon aku, macam aku nggak dianggap adik sama dia.” gerutuku.

“Kamu juga nggak telpon mas kan? Telpon si Pram terus.” celetuk mas Adrian yang mengikutiku, kini ia duduk di sebelahku. “Mana si Pram?”

Aku tak menjawab pertanyaan kakakku, mengalihkan pendangan ke keponakanku. “Hai cantik. Makan apa? Bagi sama tante dong?” kataku saat melihat Yasmin, anak mas Adrian.

“Ini tante, coklat, namanya” kata gadis yang berusia lima tahun itu terlihat berpikir “Mah, ini namanya cokelat apa?” tanyanya pada sang ibunda yang sibuk menyusui bayi mereka.

“Home Sweet Home.” tebakku.

“Lah itu tante tau.”

“Iya dong, tante kan pinter.” Aku kemudian tertawa. “Kamu tahu kenapa cokelat itu dinamakan Home Sweet Home?”

Yasmin menggeleng “Kenapa tante?”

“Karena setiap kita makan cokelat itu, kita akan merasa seperti di rumah sendiri, menghabiskan bersama keluarga.” Jawab mas Adrian.

“Mas ih, kan aku yang mau jawab.”

“Kan aku papanya, kalau aku tahu, kenapa mesti kamu yang jawab? Mending minta si Pram buat nikahin, biar kamu punya anak sendiri, bukannya pasien kecil kamu atau anak mas yang diajarin pengetahuan seperti itu.”

Aku menggerutu “Udah putus tau.” kataku pelan.

“Mama, anak gadismu putus lagi sama si Pram!!” teriak mas Adrian.

“Putus? Kapan? Kenapa?” tanya mamaku kemudian.

Aku menarik napas, lalu melirik kearah kakak satu-satunya yang kupunya sambil membisikkan awas-lo-ntar, ia tertawa tanpa suara. “Belum jodoh mah.”

“Mama cariin jodoh ya? Masa udah tua belum nikah juga?”

“Jangan dong mah, nanti juga ketemu sama jodohnya.” jawabku.

“Terus kapan nikahnya kalau begitu? Mama juga pengen lihat kamu pulang bawa suami dan anak, jadi rumah ini tambah ramai, rumah kita nanti banyak anak kecil, mama bakal bahagia dan lega kalau kamu begitu.”

Aku mengangguk “Nanti ya ma? Tunggu dateng dulu jodohnya.”

“Jangan lama-lama, inget umur kamu.”

“Iya mama sayang.” Aku pun memeluk beliau, mungkin memang tidak banyak yang bisa aku janjikan padanya, tapi yang harus beliau tahu, akan selalu ada ruang tertinggi di hatiku untuk beliau, untuk semua impian kami sekeluarga. Dan rumah adalah tempat dimana terdapat keluargamu, a home is not a place, it’s a felling, and home is where ever I’m with my family.


#DapurCokelat - Home Sweet Home


Comments

Popular posts from this blog

Advertisement

Surabaya, 24 Juli 2019. Hallo. Setelah sekian lama berhenti menulis, akhirnya saya datang kembali, namun datang dengan prospek usaha dari perusahaan dari tempat saya bekerja. Ini dia.. Jadi, perkenalkan, ini adalah mesin printer, yang bisa mencetak gambar di berbagai media pangan, contohnya kopi, jus, dan kue. Semua bisa dicetak dan dinikmati dengan tinta edible yang aman diminum dengan sertifikasi halal dari MUI dan aman dari BPOM. Karena masih pagi, jadi ijinkan saya salin dan tempel dari website perusahaan saya. https://www.coffee-printer.com Keuntungan menggunakan Coffee Printer untuk bisnis anda bisa anda temukan di  sini… ATTENTION . WANTO TO GIVE A BUZZ TO YOUR BUSINESS? Apakah anda punya  MASALAH  dengan  PERSAINGAN? Atau  PROSPEK EKONOMI  mengganggu bisnis anda? Mungkinkah sebuah peralatan yg inovatif seperti Coffee Printer yg anda perlukan? CONSIDER THIS IDEA! HADIRKAN IDE SEGAR  dan  KREATIF Manfa...

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 9 Part 2

Mr. Jin mrnyerahkan brankas berisi berlian yang ia temukan dengan susah payah kepada Argus. Tapi ada masalah, kuncinya rusak. "Aku tidak punya pilihan. melainkan untuk membawa semuanya. Jadi kalian harus membukanya." Lanjut Mr. Jin.  Tapi Mr Jin terlambat 27 jam dan 15 menit. Argus menodongnya dengan pistol. Mr. Jin memohon supaya Argus tak membunuhnya, ia beralasan kalau semua itu karena gempa. "Apa kau tahu kesamaan medan perang dengan bencana? Tidak ada yang peduli....atau tahu ada mayat."  Mr. Jin sampe merem-merem ketakutan ia berjanji akan melakukan apa saja, semuanya. asalkan Argus membiarkannya hidup. Argus menjawab kalau Mr. Jin tidak harus melakukan apapun, cukup Lakukann sesuai perintahnya. "Tentu. Bukan masalah. Iya, iya." jawab Mr. Jin lega dan akhirnya Argus CS pun pergi. Anak buah Argus membuka brankas tapi tidak ada berlian di dalamnya. Si anak buah berpikir bahwa Mr. Jin sudah menipu mereka dan ia ...

Third Person

Sebenarnya, saya baru belajar mereview sebuah karya, entah iut buku atau film. But I trying. Sebagai tanda saya serius belajar membuat sebuah review, ijinkan saya memulainya dari film ini.  Genre : Drama/Romance Produser : Paul Haggis Sutradara : Paul Haggis Pemain : Liam Neeson, Olivia Wilde, Mila Kunis, James Franco, Adrien Brody, Maria Bello, Moran Atias, Kim Basinger Durasi : 2 hrs 17 mins Rating : M18 (Mature Theme) Tanggal rilis : 20 juni 2014 Sinopsis: Kisah ini menceritakan tentang 3 kejadian dan 3 pasangan yang berbeda tapi masih saling berhubungan. Cerita pertama adalah kisah seorang penulis yang pernah meraih piala Pulitzer di bidang fiksi: Michael (Liam Nesson) yang baru saja meninggalkan istrinya Eleine (Kim Basinger) dan memilih pergi ke Paris. Dan disana si Michael ini bertemu dengan kekasih masa lalunya bernama Anna (Olivia Wilde) yang seorang jurnalis ambisius. Akhirnya mereka menjalani hubungan yang sama-sama menyimpan miste...