“Ceritanya sekarang jadi penggemar cokelat? Dulu
kan tergila-gila sama kopi?”
Aku tertawa “Nggak tahu, ketularan pasien-pasien
kecil yang doyan banget sama cokelat.”
“Makanya nikah! Aku udah punya buntut dua begini,
situ jangankan punya buntut, kerjaannya sekolah mulu, sampe belum nikah.”
“Situ ngeledek ya? Mentang-mentang udah punya
buntut buat dibawa kemana-mana.” kataku, aku kembali meminum iced chocolate
yang kupesan “Mana anakmu?”
Sahabatku, Nana menggeleng “Lagi dipinjem sama
eyangnya, mau dipamerin ke reuni sekolah.”
Aku tertawa “Emangnya perhiasan dipamerin? Duh ya
nenek-kakek jaman sekarang. Mama sama ayah juga udah mulai protes soal itu.”
“Soal anak?”
Aku mengangguk, menyendok Berry Happy-ku.
“Nikah lah An, minta sama si Pram buat ngelamar
kamu. Kalian udah lama pacaran, udah sama-sama mapan, udah sama-sama dewasa,
apalagi yang kurang?”
“Yang kurang itu, bagaimana kalau kami udah
putus?”
“Putus? Kapan?”
“Baru dua minggu mungkin, nggak inget, orang
alasannya putus juga sampai sekarang masih nggak jelas.”
“Kok gitu?” Nana masih bertanya.
Aku mengangkat bahu “Dari kemarin, yang nanya
gitu udah ada 5 orang termasuk kamu, mama, ayah, mas Adrian sama istrinya.” jawabku
“Udah ah, nggak usah ditanya lagi, satu bulan kemarin dia ada proyek di
Makassar, terus pulang-pulang bawa kabar kalau dia ada masalah dan minta putus.
Siapa yang nggak gondok kalau diputusin begitu?”
Nana tertawa kencang, lalu ia berkata “Sama
seperti perempuan. Laki juga kalau nemu yang lebih cantik atau lebih bohay yang
lama juga ditinggal.”
“Terus sekarang masih ngarep balikan?”
Aku mengerucutkan bibirku “Nggak tahu,
berhubungan empat tahun itu nggak sebentar, kalau sekarang udah putus itu kaya
ada yang kurang gitu.”
“Udah biasalah itu An, coba aja cari laki baru,
masa dokter di rumah sakitmu nggak ada yang ganteng dan sixpack?” ia
kembali tertawa.
Aku menggelengkan kepala “Dasar.”
“Ya situ mau bagaimana? Nggak ada cara terbaik
selain menghadapi masa lalumu. Kalau masih penasaran sama Pram dan alasannya ya
selesaikan, nggak mungkin kamu bisa memulai hubungan baru kalau kamu belum
menyelesaikan apa yang belum selesai dalam hubungan kalian.”
“Dia nggak bisa dihubungi, aku telpon nggak
diangkat, chat juga cuma dibaca, nggak dibalas. Padahal aku cuma tanya
apa alasan dia, kalau memang alasannya ada orang lain di hubungan kami ya sudah,
perasaan kan nggak bisa dipaksa, mungkin kemarin aku memang masih di hatinya,
tapi besok siapa tahu?”
Nana mengangguk “Aku kira kamu bakal nikah sama
Pram, tapi kalau diinget-inget lagi soal hubungan kalian itu kan aneh, kalian
pertama kali bertemu di toko cokelat; dia sedang memilih kue untuk adiknya dan
kamu lagi nyari kue buat bingkisan di rumah sakit kan?”
Aku mengangguk “Dulu aku merasa, dia berbeda;
bagaimana dia bicara seadanya, bagaimana dia yang hidup sederhana padahal
berapa coba penghasilan arsitek? Sering keluar kota, nggak pernah punya
keinginan banyak-banyak. Hidupnya itu realistis, dia selalu melakukan semuanya
dengan benar. Tapi terakhir ini aku kaya nggak kenal dia.”
“He just changed his mind.” kata Nana
kemudian.
Aku diam, mungkin pada akhirnya orang akan
berubah, entah itu bertambah baik atau sebaliknya, tapi aku percaya, jika dia
berubah, maka dia akan menjadi orang yang lebih baik. Dia akan selalu berbuat
apa yang dia anggap benar. And maybe, he changed his mind by new and better
one.
#DapurCokelat - Iced Chocolate
Comments
Post a Comment