Skip to main content

Liefdesgeschiedenis - Two Season (13)



Selalu ada dua sisi dalam kehidupan kita; suka dan duka, senang dan tangis. Maka dalam cinta hal itu juga terjadi, akan ada perpisahan di setiap perjumpaan.

Pram kembali memelukku saat kami sampai di ruanganku. Dia tak mengatakan apa pun. Hanya memelukku erat.

“Pram, sudah.”

Dia tak bergerak, tangannya masih mendekapku.

“Hei, sudah, ayo duduk.” Aku menariknya ke sofa. “Aku mau bilang sama asisten aku dulu kalau praktikku harus diundur.” lalu aku berusaha melepasnya. Untuk keluar dari ruanganku, menuju asisten yang mejanya berada di depan ruanganku.

Aku kembali beberapa menit kemudian, dia masih duduk dengan wajah yang menghadap lantai.

“Ada apa?” tanyaku.

Pram masih tak bergerak, akhirnya aku mengambil minum di mejaku, meletakkan di depannya.

Dia mendongak, melihatku dengan tatapan penuh rasa bersalah “Maaf.”

Aku tersenyum “Aku nggak pa-pa, sudah.”

“Maaf in aku karena sudah melakukan kesalahan yang menghancurkan kita.”

Aku diam, membiarkannya mengeluarkan apa pun yang ia ingin sampaikan.

“Aku khilaf, aku nggak sadar sama apa yang sudah aku lakukan. Aku melukaimu, melukai diriku sendiri, melukai dia, dan melukai semua orang.” katanya “Aku akan menikah besok, aku akan bertanggung jawab. Dan aku belum tenang kalau belum minta maaf sama kamu.”

Aku masih diam.

“Aku tahu, kamu tidak akan menghalangi aku, aku juga tahu kamu pasti akan melepaskan aku. Tapi sekarang, aku yang belum bisa melepas kamu. Melihat kamu sendirian, melihat kamu diam, melihat kamu menangis itu hal yang nggak aku suka. Tapi menyadari bahwa aku lah penyebabnya membuatku marah sama diriku sendiri.” katanya. “Aku nggak bisa jaga diriku sendiri sehingga aku yang menghancurkan hubungan kita. Aku terlalu bodoh karena menuruti semua perkataan orang yang nggak suka kita bersama, aku yang terlalu naif akan menikahi kamu dan membuat keluarga kecil kita sendiri.”

Aku merasa mataku buram.

“Aku bahkan pengecut, meninggalkanmu yang masih belum mendapat alasan untukku agar pergi, kamu membiarkan aku sendiri, bahkan masih mau melihatku walaupun dengan orang lain. Aku jadi orang terbodoh karena menyia-nyiakan kamu.”

“Pram,” panggilku. “Sudah.” lalu aku menghapus air matanya.

“Aku jahat banget kan sama kamu?”

Aku menggeleng “Aku nggak pa-pa, sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi dan aku sudah merelakannya. Merelakan kamu.”

“Tapi aku nggak bisa melupakan kamu.”

“Pram, kamu nggak perlu melupakan aku, kamu cuma perlu merelakan aku pergi seperti yang aku lakukan. Kamu sudah punya calon istri dan anak, kamu hanya perlu mengisi hatimu dengan cinta mereka berdua.”

Dia menggeleng “Aku cintanya sama kamu.”

“Perasaan bisa berubah Pram, kamu nggak bisa terus mencintai aku sementara kamu sudah punya keluarga, aku pun akan menjalani hidupku tanpa kamu.” kataku “Alasan kita untuk bertemu telah kita buktikan dengan hubungan ini, tapi kini, kita harus menemukan alasan untuk berpisah, walaupun kamu yang membuat alasan itu, setidaknya aku yang merelakan kamu.”

Dia mengecup puncak kepalaku lama, merengkuhku dalam pelukannya lagi.

“Pram, sudah saatnya kita berpisah, terima kasih untuk semua waktu yang sudah kamu berikan untuk aku, semua cinta yang sudah kamu curahkan kepadaku, dan untuk semua kebahagiaan yang kamu bagi denganku.”

Dia menggeleng di pundakku “Sampai sekarang aku masih percaya kalau jodohku kamu.”

“Tapi nyatanya tidak, ada wanita lain yang ditakdirkan untukmu dan itu bukan aku.”

“Jangan pergi An.”

“Aku masih di sini, aku nggak pergi, kamu yang pergi, datanglah jika kamu membutuhkan teman, tidak untuk bersama, tapi untuk berbagi cerita.”

“Nggak An.”

“Kisah kita sudah selesai Pram, aku sudah melepasmu lewat surat kecilku, aku harap kamu akan menemukan kebahagiaan lain meskipun bukan denganku.” aku melepas pelukannya, awalnya ia menolak, namun aku memaksa “Aku kangen sama kamu, tapi sadar bahwa kamu bukan milikku lagi, aku akan berdosa kalau aku merindukan kamu lagi.”

“Kamu nggak berdosa, aku yang berdosa.”

“Pram, dengar, kita sudah berpisah, aku hanya ingin melihat kamu bahagia, dari dulu aku selalu bilang begitu kan? Berbahagialah kamu Pram, karena aku juga akan bahagia di sini.”

“Aku nggak sanggup melihatmu dengan pria lain. Pria tadi.”

Aku tersenyum “Kalau dia besok bisa, nanti aku ajak dia ke pernikahan kamu. Dia yang menemani aku saat kamu meninggalkanku. Walaupun aku belum menyimpan perasaan padanya, tapi aku akan mencoba.”

Dia diam, melihat ke dasar mataku, mata yang sesungguhnya masih merindukannya. Aku membuang nafasku. “Kamu harus pulang, kembalilah ke rumah dan persiapkan semua yang kamu bisa. Besok adalah hari bahagia dan penting dalam hidupmu, kamu harus bahagia.” kataku mantap.

Dia masih tidak bergerak, masih berdiri di hadapanku. “Pram, pulanglah.”

“Rumahku kamu.”

Aku menggeleng “Sekarang rumah kamu berubah. Kamu pindah di rumah Ranti. Dan aku nggak mungkin menahan kamu.” kemudian aku berkata kembali “Dulu memang kita pernah bahagia, tapi sekarang tidak. Aku nggak pernah menyangka kalau kamu akan menghianatiku. Aku percaya kamu sudah berpikir tentang hal itu, dan sekarang kamu memilih dia. Tugasku sudah berakhir.”

“Pergilah Pram. Temukan kebahagiaanmu sendiri.”





#DapurCokelat - Two Season



Comments

Popular posts from this blog

Advertisement

Surabaya, 24 Juli 2019. Hallo. Setelah sekian lama berhenti menulis, akhirnya saya datang kembali, namun datang dengan prospek usaha dari perusahaan dari tempat saya bekerja. Ini dia.. Jadi, perkenalkan, ini adalah mesin printer, yang bisa mencetak gambar di berbagai media pangan, contohnya kopi, jus, dan kue. Semua bisa dicetak dan dinikmati dengan tinta edible yang aman diminum dengan sertifikasi halal dari MUI dan aman dari BPOM. Karena masih pagi, jadi ijinkan saya salin dan tempel dari website perusahaan saya. https://www.coffee-printer.com Keuntungan menggunakan Coffee Printer untuk bisnis anda bisa anda temukan di  sini… ATTENTION . WANTO TO GIVE A BUZZ TO YOUR BUSINESS? Apakah anda punya  MASALAH  dengan  PERSAINGAN? Atau  PROSPEK EKONOMI  mengganggu bisnis anda? Mungkinkah sebuah peralatan yg inovatif seperti Coffee Printer yg anda perlukan? CONSIDER THIS IDEA! HADIRKAN IDE SEGAR  dan  KREATIF Manfa...

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 9 Part 2

Mr. Jin mrnyerahkan brankas berisi berlian yang ia temukan dengan susah payah kepada Argus. Tapi ada masalah, kuncinya rusak. "Aku tidak punya pilihan. melainkan untuk membawa semuanya. Jadi kalian harus membukanya." Lanjut Mr. Jin.  Tapi Mr Jin terlambat 27 jam dan 15 menit. Argus menodongnya dengan pistol. Mr. Jin memohon supaya Argus tak membunuhnya, ia beralasan kalau semua itu karena gempa. "Apa kau tahu kesamaan medan perang dengan bencana? Tidak ada yang peduli....atau tahu ada mayat."  Mr. Jin sampe merem-merem ketakutan ia berjanji akan melakukan apa saja, semuanya. asalkan Argus membiarkannya hidup. Argus menjawab kalau Mr. Jin tidak harus melakukan apapun, cukup Lakukann sesuai perintahnya. "Tentu. Bukan masalah. Iya, iya." jawab Mr. Jin lega dan akhirnya Argus CS pun pergi. Anak buah Argus membuka brankas tapi tidak ada berlian di dalamnya. Si anak buah berpikir bahwa Mr. Jin sudah menipu mereka dan ia ...

Third Person

Sebenarnya, saya baru belajar mereview sebuah karya, entah iut buku atau film. But I trying. Sebagai tanda saya serius belajar membuat sebuah review, ijinkan saya memulainya dari film ini.  Genre : Drama/Romance Produser : Paul Haggis Sutradara : Paul Haggis Pemain : Liam Neeson, Olivia Wilde, Mila Kunis, James Franco, Adrien Brody, Maria Bello, Moran Atias, Kim Basinger Durasi : 2 hrs 17 mins Rating : M18 (Mature Theme) Tanggal rilis : 20 juni 2014 Sinopsis: Kisah ini menceritakan tentang 3 kejadian dan 3 pasangan yang berbeda tapi masih saling berhubungan. Cerita pertama adalah kisah seorang penulis yang pernah meraih piala Pulitzer di bidang fiksi: Michael (Liam Nesson) yang baru saja meninggalkan istrinya Eleine (Kim Basinger) dan memilih pergi ke Paris. Dan disana si Michael ini bertemu dengan kekasih masa lalunya bernama Anna (Olivia Wilde) yang seorang jurnalis ambisius. Akhirnya mereka menjalani hubungan yang sama-sama menyimpan miste...