Skip to main content

The lesson of 2018


Sebelumnya tulisan ini sudah dimuat di akun medium milik saya. 

Sidoarjo, 06–31 Desember 2018. 

Sudah penghujung tahun! I just wanna say thank you.
Thank you for all lesson I’ve learn, for space that made me better. And for the chance that I had.

Saya berjanji di 2018 bahwa akan mengurangi segala sesuatu yang berhubungan dengan instagram dan dunia sosial media. Saya membuat jarak, membangun tembok, bahkan membuat aliran arus sungai sendiri untuk melindungi diri. I still trying to falling in love with my self. 

Buat saya yang penting adalah menjadi diri sendiri, bagaimanapun pandangan orang lain. But I guess I still listen what people saying about me and hard to deal with that. 

It’s been a long year, too many things happened and still going. 

BTW, bagaimana kabar resolusi tahun ini yang sudah kau gaungkan sepanjang awal tahun? Masih berjalan atau sudah tak tahu arah pulang? 

Selama lima tahun ini, resolusi saya setiap tahun sama : kembali ke bangku kuliah, tapi selama itu juga saya menyadari bahwa impian itu belum bisa terwujud, membuktikan bahwa realisasi jelas lebih sulit dibanding ekspektasi. 

Ekspektasi saya dulu jelas, sebelum usia dua puluh lima tahun saya sudah harus sarjana. Yah tapi realita yang terjadi adalah memenuhi kebutuhan jelas lebih mendesak dari hanya sekedar kuliah dan titel sarjana. 

Saya selalu ingin belajar, apapun bentuk dan caranya, saya enggak bisa kuliah tapi (Alhamdulillah) bacaan saya artikel tentang ekonomi dan hukum serta politik, enggak hanya dari berita dan website dalam negeri, tapi juga tentang luar negeri. Belajar juga enggak melulu dari berita, saya banyak membaca pemikiran-pemikiran di situs jejaring sosial-mungkin kecuali instagram yang banyak ghibahnya. 

We learn everyday, every time, no matter what we do, God always find the way to make us learn something for the truth meaning of life. 

Kalau kita enggak baca sesuatu, maka kita akan belajar dengan cara lain, entah itu mulai dari omelan orang sekitar, atau bahkan para pekerja lain. Sesuatu yang mungkin tidak kita dapatkan di buku akan kita dapatkan dari kehidupan orang lain. 

Tahun ini saya belajar banyak, banyak hal yang harus saya pikirkan, mulai dari bertambahnya pekerjaan, sampai undangan pernikahan teman yang membuat saya bertanya pada diri sendiri, 

Kamu kapan menikah? 

Pelajaran yang juga saya baru dapat dari sebuah pernikahan adalah : Kalau kamu menikah, itu sama saja kamu berjudi, kamu bertaruh kehidupan, prinsip, tujuan serta semua yang kamu punya untuk dibagi dengan orang lain. Jika kamu gagal dalam satu hal, maka kalian berdua akan kalah. Syukur kalau berhasil seumur hidup. 

Dan saya masih belum siap untuk berbagi semua itu ada satu orang. Ada satu titik saya ingin menikah, tapi setelah saya pikir lagi, saya menikah demi apa dan untuk apa? apakah saya menikah karena memang sudah saatnya menikah atau hanya karena teman yang semakin sedikit karena mereka sudah mempunyai kehidupan sendiri? It’s been a long conversation. 

Ada lagi persoalan tentang pekerjaan- tapi kita enggak elok rasanya kalau misuh-misuh soal kerjaan padahal kita hidup dan makan dari hasil melakukan pekerjaan itu. 

Enggak habis pikir juga kenapa orang-orang megeluh tentang pekerjaannya padahal ya namanya manusia pasti mengeluh tentang apa yang ia alami. 

Sometimes passion is reason for why we can breath everyday. 

Ada banyak hal yang bisa saya sebut passion-entah itu menulis walau enggak jago, menggambar walau aneh, atau tidur? Saya banyak melakukan hal-hal kecil yang membuat saya bahagia-setidaknya lupa masalah kerjaan sesaat. 

Halah, masalah passion adalah masalah umat bersama, saya ingin suatu saat passion saya bisa menambah pundi-pundi keuangan biar bisa beli rumah sendiri (I’ll want to move and live alone without my parents before I get married) 

Harapan udah, nikah juga udah (dibahas), passion udah juga kayanya, apa lagi kira-kira? 

Yang jelas saya bersyukur sama Tuhan, saya bisa bertahan di 2018 dengan ‘well done’. Pain and Passion make me alive. Saya enggak bisa berharap bahwa saya bisa mendapat hal lebih kalau itu bukan yang terbaik buat saya. 

Udah, gitu aja, semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, bisa membuat perubahan yang berarti buat hidup kita sendiri. Esensi dari hidup menurut saya adalah bisa dan mampu membahagiakan diri sendiri dan bermanfaat buat orang lain. Kita hidup cuma sekali kalau enggak dibuat bahagia ya buat apa? 

Selamat tinggal 2018! Thank you. 

Dear 2019, 

Hello and let me see how I live in my life. 

I hope find my (true) self in the best way, can finally breath and say “Its ok. Everything will be ok.” 



Alhamdulillah, 2019 Banyakin syukurnya, kurangin ghibah, dan keluhannya. 

Xoxo, salam sayang dari saya, yang patah hati karena Liam Hermsworth nikah sama Miley Cyrus and They look so happy and full of love!

Comments

Popular posts from this blog

Advertisement

Surabaya, 24 Juli 2019. Hallo. Setelah sekian lama berhenti menulis, akhirnya saya datang kembali, namun datang dengan prospek usaha dari perusahaan dari tempat saya bekerja. Ini dia.. Jadi, perkenalkan, ini adalah mesin printer, yang bisa mencetak gambar di berbagai media pangan, contohnya kopi, jus, dan kue. Semua bisa dicetak dan dinikmati dengan tinta edible yang aman diminum dengan sertifikasi halal dari MUI dan aman dari BPOM. Karena masih pagi, jadi ijinkan saya salin dan tempel dari website perusahaan saya. https://www.coffee-printer.com Keuntungan menggunakan Coffee Printer untuk bisnis anda bisa anda temukan di  sini… ATTENTION . WANTO TO GIVE A BUZZ TO YOUR BUSINESS? Apakah anda punya  MASALAH  dengan  PERSAINGAN? Atau  PROSPEK EKONOMI  mengganggu bisnis anda? Mungkinkah sebuah peralatan yg inovatif seperti Coffee Printer yg anda perlukan? CONSIDER THIS IDEA! HADIRKAN IDE SEGAR  dan  KREATIF Manfaatkan  DAYA VIRAL MURAH  dari marketing

Prelo - Cara Jual Beli Barang Bekas. Aman. Berkualitas.

Halo! Kali ini saya nggak akan mengulas buku atau posting tulisan saya. Tapi, ini sama pentingnya dengan membaca buku.... Yap! Belanja. Tapi nih ya, sebagai karyawan sejati yang cuma kaya di tanggal satu sampai dua puluh, saya bakal berbagi cerita saya buat belanja sesuai keinginan tapi low-budget . Perkenalkan, teman baru saya : Prelo Sim salabim! Ini bukan sulap atau sihir, tapi ini beneran. Jadi, si ijo lucu ini adalah situs jual-beli barang bekas. What? Bekas? Oke girl. Marilah kita membahasnya. Ada yang salah dengan barang bekas? Saya sih oke-oke aja asal masih layak pakai. Lagian nggak jarang saya pakai baju dari mamah yang jadul tapi hits lagi. Sebenarnya, saya baru berkenalan dengan prelo beberapa bulan yang lalu, waktu itu saya mencari buku yang dijual lagi, dengan alasan lebih hemat dan dapat banyak. Hehe. Maklum, pengen ngumpulin dan baca 300 buku sebelum dilamar. Ah. Kemudian saya cobalah belanja di Prelo  dan ketemu

Reading Challenge

Happy new year!!! Sudakah membaca masuk dalam resolusimu? Ini beberapa Reading Challenge untuk tahun 2017, lainnya menyusul ya! yuk diikutin :)